Tuhan dan Tuan
"Siapa yang patut dikutuk atas terjadinya pandemi Covid-19?"
Pada suatu dini hari saat aku tidak bisa tidur seperti beberapa malam belakangan, aku membaca sebuah opini di akun twitter yang cukup menarik perhatian warga twitter lainnya. Opini itu tentang kemarahan seseorang karena keadaan yang semakin membuatnya tertekan, mungkin. Dia mencari pihak yang perlu disalahkan.
Sepertinya memang sebagian orang suka bertanya-tanya, siapa yang salah saat ada masalah, siapa yang yang bertanggung jawab. Mungkin rasanya kurang puas kalau kita hanya fokus pada bagaimana caranya keluar dari masalah, mungkin kita memang harus mencari pihak yang bersalah lalu kita adili mereka sesuka hati kita.
Akun twitter itu bertanya, siapakah yang menciptakan Covid-19? Tuhan atau Jokowi?
Kemudian dia datang dengan sebuah konklusi yang jauh lebih menarik lagi. "Jika kalian menyalahkan Covid-19 atas pandemi saat ini, artinya kalian sedang mengutuk Tuhan, karena Tuhan yang menciptakan Covid-19. Jika kalian mengutuk Jokowi atas munculnya Covid 19, artinya kalian menyamakan Jokowi dengan Tuhan," tulis akun twitter yang tidak aku sebutkan namanya.
Coba aku perhatikan satu-satu.
"Jika kalian menyalahkan Covid-19 atas pandemi saat ini, artinya kalian sedang mengutuk Tuhan, karena Tuhan yang menciptakan Covid-19."
Kalau misalnya kita melihat seorang pejabat korupsi uang negara triliunan rupiah, siapa ya yang pantas disalahkan? Pasti koruptor, kan? Atau ada pihak lain yang harus disalahkan? Pernahkah kita menyalahkan Tuhan karena Dia telah gagal menciptakan manusia supaya berbudi luhur?
Bukankah Tuhan menciptakan manusia untuk bertaqwa pada-Nya? Tapi bagaimana jika manusia begitu lalai sampai bisa korupsi? Bisakah kita menyebutnya sebagai kegagalan Tuhan dalam menciptakan manusia? Aku pikir manusia adalah mahkluk yang bebas untuk membuat pahala atau dosa, untuk membuat kebajikan atau kebathilan.
QS At-Tin ayat 4 menyebutkan: "Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
Menurutku, Tuhan memang menciptakan manusia dan semesta dengan sebaik-baiknya. Siapa yang bisa memikirkan penciptaan manusia dari tanah yang terbentuk melalui pertemuan sperma dan ovum kemudian membentuk kromosom-kromosom dalam sel yang terus melakukan mitosis dan meiosis seiring dengan pertumbuhan manusia seumur hidupnya? Itu penciptaan yang terlalu kompleks dan sempurna, setidaknya bagiku.
QS Al-Mu'minun ayat 12-13 mengatakan: "Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari saripati yang berasal dari tanah. Kemudian kami menjadikannya air mani yang disimpan ke dalam tempat yang kukuh (rahim)."
Apakah Tuhan masih dianggap gagal menciptakan manusia?
Kalau kita lihat dari contoh kasus koruptor tadi, mari kita telisik latar belakangnya.
Kenapa seseorang melakukan tindak pidana korupsi?
- Teori Korupsi Jack Blogne Gone: Faktor-faktor penyebab korupsi ialah keserakahan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (needs), dan pengungkapan (expose).
- Teori Cost-Benefit Model: Korupsi terjadi jika manfaat korupsi yang didapat/dirasakan lebih besar dari biaya/risikonya.
- Teori Motivasi Pelaku (Abdullah Hehamahua): Korupsi karena kebutuhan, peluang, ingin memperkaya diri sendiri, ingin menjatuhkan pemerintah, dan ingin menguasai suatu negara.
- Teori Willingness and Opportunity to Corrupt: Korupsi terjadi jika terdapat kesempatan/peluang (kelemahan sistem, kurang pengawasan, dsb) dan niat/keinginan (kebutuhan atau keserakahan)
- Teori Korupsi Donald R Cressey (Fraud Triangle): Tiga faktor yang berpengruh terhadap kecurangan (fraud) ialah kesempatan, motivasi, dan rasionalisasi.
- Teori Korupsi Robert Klitgaard: Korupsi terjadi karena adanya faktor kekuasaan dan monopoli yang tidak dibarengi dengan akuntabilitas.
Berdasarkan beberapa teori di atas, aku rasa setiap alasan seseorang melakukan korupsi tidak pernah ada dalam proses penciptaan manusia yang dilakukan Tuhan. Mungkin karena pendidikan perilakunya yang kurang baik atau lingkungannya, entahlah, tapi yang pasti alasan-alasan itu tercipta dari konsekuensi hubungan antarmanusia.
Covid-19 adalah sebuah virus yang menyebabkan pandemi dalam kurun waktu satu setengah tahun belakangan. Sejauh ini, manusia mengetahui bahwa virus ini muncul dari China. Memang, virus sama seperti mahkluk hidup lainnya. Sama-sama diciptakan Tuhan. Dengan logika yang mengkomparasikan manusia korupsi sebagai ciptaan Tuhan, begitu pula virus, bisakah kita mengkutuk Tuhan sebagai pihak yang seharusnya bertanggung jawab terhadap keberadaan pandemi Covid-19?
Agar lebih sederhana, coba kita bandingkan dengan kasus lain yang menunjukkan "kejahatan" mahkluk Tuhan lainnya selain Covid-19 dan manusia koruptor. Apakah Tuhan masih bisa dianggap "berdosa" karena menciptakan mahkluknya?
Harimau adalah salah satu karnivora yang ditakuti. Mereka memakan hewan lainnya di hutan. Jauh di pedalaman hutan. Tapi pernahkah kita mendengar berita harimau yang memasuki pemukiman dan memangsa ayam-ayam ternak warga? Hal itu sangat mungkin terjadi.
Apa alasannya harimau masuk ke pemukiman warga?
Kita mungkin sering mendengar berita kebakaran hutan secara besar-besaran, atau pembebasan lahan untuk kawasan tambang. Hal-hal tersebut jelas merusak ekosistem hutan. Ruang gerak harimau semakin sempit, babi hutan yang menjadi makanannya semakin sedikit, maka apa yang harus dilakukan harimau untuk bertahan hidup selain mendekati pemukiman manusia?
Tindakan manusialah yang merugikan manusia lainnya dengan merusak keseimbangan alam. Bisakah kita menyalahkan Tuhan karena Dia gagal menciptakan harimau yang merugikan manusia?
Kita hidup berdampingan dengan virus apapun sejak lama. Virus menjadikan manusia sebagai inang supaya bisa bertahan hidup. Tapi haruskah virus Corona hadir sebagai mesin pembunuh yang tak terlihat?
Bagaimana Corona bisa menyebabkan pandemi global?
Maret 2020, waktu yang masih begitu awal dalam perjalanan Indonesia menghadapi Covid-19, aku pernah menulis di blog ini mengenai berita yang saat itu kubaca. Juru Bicara Menteri Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan virus Corona bukan berasal dari China, melainkan dibawa oleh tentara Amerika Serikat ke Wuhan. Pernyataan ini disampaikan dengan dasar sebuah artikel dari Global Research yang menyebut virus Corona berasal dari Amerika Serikat.
Kemudian baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta China untuk segera membeberkan asal usul virus Corona.
WHO menyebutkan penyelidikan ikhwal kemunculan Covid-19 di China terhambat karena kurangnya data mentah pada hari-hari awal penyebarannya. Kemudian pada Kamis (22/7) lalu, pemerintah China menolak rencana WHO untuk melakukan penyelidikan tahap kedua.
"Kami tidak akan menerima rencana penyelidikan asal seperti itu, dalam beberapa aspek, mengabaikan akal sehat dan menentang ilmu pengetahuan," kata Wakil Menteri Komisi Kesehatan Nasional China (NHC).
Kabar lain yang mengatakan bahwa virus Corona berasal dari Eropa juga beredar. Para ilmuwan dari Istituto Nazionale Tumori Milan dalam jurnal yang terbit pada Senin (19/7) menunjukkan pengujian ulang beberapa sampel darah pra-pandemi di dua laboratorium.
"Hasil pengujian ulang ini menunjukkan bahwa apa yang kami laporkan sebelumnya pada pasien tanpa gejala adalah sinyal yang masuk akal jika sirkulasi awal virus (Covid-19) ada di Italia," kata salah satu peneliti Giovanni Apolone, Jumat (23/7).
Hingga saat ini, belum ada pernyataan yang benar-benar disepakati oleh semua pihak terkait dengan asal-usul Covid-19 sebagai pandemi global. Rasanya kurang relevan jika kita mengutuk Presiden Jokowi karena hal ini yah. Tapi mungkin masyarakat Indonesia bisa saja mengutuk presiden karena beberapa kebijakan yang diambilnya.
Sepertinya bapak presiden sudah capek digurui opini orang-orang tentang "kecongkakkannya" di awal masa pandemi karena tetap membuka wisata, bahkan mempromosikan wisata besar-besaran untuk menarik wisatawan asing ke Indonesia.
Padahal jelas yang dibutuhkan adalah isolasi mandiri senegara. Maklum saja, dilema pak presiden saat itu adalah ekonomi negara atau kesehatan masyarakat. Tapi pemimpin adalah pengambil kebijakan yang seharusnya tepat dan cepat. Kedua aspek tersebut pada akhirnya tidak ada yang menjadi nomor satu di hati pak presiden. Sebab, dia tetap membuka jalur keluar masuk Indonesia tapi memberlakukan pembatasan mobilisasi masyarakat dengan berbagai macam istilah.
Baru-baru ini, pemerintah Indonesia baru menutup jalur keluar-masuk negara. Mungkin kasus harian Covid-19 di Indonesia harus lebih dari 50 ribu per hari dulu kali ya pak baru jalur keluar masuk Indonesia ditutup?
Dengan pengambilan kebijakan yang tampaknya "labil" ini, Indonesia mengalami ketidakstabilan ekonomi dan lonjakan kasus Covid-19 yang luar biasa. Dengan jumlah kasus saat ini, sejumlah media internasional menyebut Indonesia sebagai episentrum Covid-19. Miris sekali.
Sepertinya Jokowi memberikan celah kepada masyarakat untuk mengutuknya dengan kebijakan yang diambilnya.
Terlebih teman-temanku yang sedang mencari pekerjaan, yang sedang membangun usaha di kedai, atau yang akan menikah dalam waktu dekat. Semuanya tidak berjalan optimal sama sekali. Merekalah yang diberikan kesempatan untuk mengutuk presiden.
Tapi Jokowi bukan hanya berpangku tangan menunggu pandemi selesai. Jelas dia berupaya, menurutku, dengan seluruh kemampuannya. Dia dan seluruh aspek eksekutif lainnya berupaya untuk merealisasikan vaksinasi yang merata kepada seluruh rakyat Indonesia, mereka berupaya menyediakan obat-obatan, tabung oksigen, ventilator, dan tempat tidur di rumah sakit. Jelas dia berupaya.
Coba kita kembali pada cuitan opini di Twitter yang tadi kita bahas.
"Jika kalian mengutuk Jokowi atas munculnya Covid 19, artinya kalian menyamakan Jokowi dengan Tuhan,"
Menurut KBBI, Tuhan artinya sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia.
Menurutku, tuhan tidak melulu benar-benar Tuhan (perhatikan penulisan huruf kapital dalam penyebutan tuhan). Mungkin sebagian dari kita mengaku beriman dengan menyembah Tuhan yang benar-benar Tuhan, misalnya muslim yang mengimani Allah (begitu juga agama lain yang mengimani Tuhan yang benar-benar Tuhan), tapi apakah semua orang menyebah tuhan yang benar-benar Tuhan?
Bisakah Presiden Jokowi menjadi tuhan?
Coba kita lihat bagaimana beberapa orang memuja pak presiden di media sosial seolah dia pemimpin paling bajik dan bijak, bahkan terdengar wacana presiden tiga periode. Mungkin kalau itu terjadi, akan ada wacana periode keempat, kelima, dan seterusnya yang menjadikan Indonesia tidak lagi menjadi negara demokrasi.
Bukankah itu perilaku manusia yang menuhankan manusia lainnya?
Bisa jadi bukan hanya presiden. Bagaimana dengan koruptor yang melakukan hal berisiko untuk uang? Bukankah itu tindakan pemujaan terhadap uang? Kalau begitu, boleh dong kalau kita sebut mereka menuhankan uang? Tapi bisakah kita sebut uang sebagai tuhan?
Pembahasan ini agak sensitif memang, tapi maksudnya ialah agar kita menyadari apakah kita benar-benar menuhankan Tuhan, bukan manusia lainnya, dan bukan pula uang.
Kembali ke pembahasan mengenai Covid-19 saat ini, Tuhan dan Tuan Presiden memang menyakiti banyak orang belakangan ini. Dengan kematian atau pembatasan. Tak jarang aku dengar mereka yang menggali makam untuk cinta mereka sendiri, lalu hanya bisa terdiam meratapi kenyataan yang dianggapnya tak adil. Anak kecil yang bahagia dengan sederhana bersama kedua orang tuanya bisa menjadi sebatang kara dalam sekejap.
Sebagian orang mempertanyakan keadilan Tuhan, sebagian lagi mempertanyakan keberadaan penguasa. Semua menangis ketakutan, khawatir mungkin besok, bisa jadi diri sendiri yang harus masuk liang kubur tanpa ada kerabat yang mengantar.
Menangislah bumi dan seisinya. Keadaan memang sedang semenyakitkan itu. Tapi rasa takut setiap orang, menurutku, adalah dasar kepercayaan manusia terhadap keberadaan sesuatu yang lebih besar, lebih kuat, yang bisa memberikan keamanan, perlindungan, dan ketentraman. Sesuatu yang biasa kita sebut sebagai Tuhan.
Berusahalah manusia dengan berdiam diri di balik pintu rumah masing-masing. Kemudian bermunajatlah kepada yang maha bijaksana. Jangan salahkan siapa-siapa, karena mungkin diri kita sendiri yang terlalu congkak meremehkan mahkluk hidup tak kasat mata seperti Covid-19. Cukuplah saja ikhtiar dan tawakal dahulu. Semoga dunia menjadi lebih baik.
References:
Pusat Edukasi Antikorupsi - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Tempo.co - Cina Tolak WHO Selidiki Lagi Asal-usul Virus Corona dari Lab Wuhan
Detik.com - Studi Baru Beri Sinyal Kuat Asal-usup Covid-19, Bukan dari China?

Comments
Post a Comment