Puisi di Pojok Kelas
Seumpama aku, gadis balita yang diajari tentang imajinasi tatkala aku lebih suka melipat origami
Seumpama aku, gadis yang baru mengenal persahabatan, diajari cara menggambar saat aku lebih suka menghitung peluang koin yang terlempar
Seumpama aku, gadis yang masih begitu bingung, diajari cara menari ketika aku lebih suka menulis puisi
Apakah aku bisa berimajinasi, menggambar dan menari?
Tentu, aku mempelajarinya selama dua belas tahun di kelas-kelas edukasi
Apakah aku bisa mencintai mereka?
Bahkan waktu tak bisa berkata "iya"
Aku menulis di ujung kelas tentang suka dan benci meski tak ada yang peduli
Penaku bisu, bibirku kelu, dan hatiku kaku
Bisakah aku menjadi diri sendiri?
Bisakah aku kembali menjadi aku?
Sayang, hidup begitu dinamis
Tapi alirannya belum tentu manis
Akulah si ikan salmon yang melawan arus
Tapi aku dihancurkan dengan rakus
Ibuku pernah berdoa, agar aku bisa berguna
Aku selalu berharap, bukan hanya memperkaya diri sendiri
Tapi jadi manusia yang hidup untuk dicinta
Manusia yang hidupnya berarti, juga ketika mati
-Dea, 26 Januari 2021

Comments
Post a Comment