Arca Candala
Arca Candala
Sebuah manik mata memudar tatkala bertemu milikku
Menggambarkan seutas dendam seperti batinku
Kita terdiam, membisu dan mematung meski bibir terus bergerak
Dalam sebuah kompetisi maya tanpa juri
Untuk menentukan pecundang terbaik kehidupan
Kamu seorang candala
Meringkuk tak tahu apa yang sedang kau lakukan
Meraba kegelapan tanpa tujuan
Mengacungkan pisau tertajam untuk jantungku
Tapi kamu hanya sebuah arca, sayang
Atau mungkin, akulah gadis candala?
Berlari menuju cahaya di ujung jalan
Merangkak, berdarah karena sayatan pisaumu di sekujur tubuh
Tanpa ada satu luka pun mendapat balas
Mungkin aku juga sebuah arca
Siapa pun pecundangnya, aku tak peduli lagi
Meski kau seseorang di seberang lautan
Atau walau kau pelantun senandung elegi
Aku hanya peduli pada antagonia dalam diri kita
Sehingga kitalah arca candala dengan bentuk yang berbeda

Comments
Post a Comment